Trumon, Negeri Kaya yang Hilang

Rawohnanggroe | Aceh tanah di ujung Pulau Sumatra yang penuh pesona. Wilayah istimewa ini sudah sejak lama dikenal sampai seantero dunia. Negeri kaya raya, alam dan sejarahnya. Dulu, pada abad ke 16 Aceh adalah satu dari lima peradaban Islam terbesar dunia.  Kemakmuran dicapai lewat perdaganggan internasional. Lada, emas, kemenyan, cengkeh dan pala merupakan komoditas paling berharga pada masa lalu.
Tim di Dermaga Trumon | Foto: TimRN

Wilayah Kesultanan Aceh Darussalam dulu terdiri atas negeri-negeri, seperti Pedir, Pasai, Daya, Linge dll. Di kawasan Pantai Selatan Aceh juga terdapat sebuah negeri yang pernah jaya pada abad ke 17-19 masehi. Negeri itu bernama Trumon.

Trumon dikenal sebagai salah satu bandar penting perdagangan rempah-rempah milik Kesultanan Aceh. Hasil dari bumi Trumon bahkan mencapai Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Kerajaan ini juga pernah mencetak mata uang sendiri.

Sayangnya, di pertengahan abad 19 masehi perlahan-lahan negeri Trumon kehilangan pamor sebagai pemasok rempah-rempah. Ini disebabkan oleh penguasaan dan penjaahan Belanda yang mulai menguasainya.

Sekarang Trumon merupakan sebuah Kecamatan di Aceh Selatan. Di bekas ibukotanya, Keude Trumon masih tersisa bukti-bukti kejayaan itu. Kami pun berkesempatan menjejakkan kaki ke sana.

Desa Keude Trumon berada di dekat muara sungai memiliki banyak situs bersejarah seperti Komplek Benteng Kuta Batee, Rumah Raja, Kuburan Raja, Masjid dan Perumahan Tua Keude Trumon. Selain itu, juga banyak benda-benda bersejarah yang sudah ditemukan seperti pedang, bendera kerajaan, meriam dan benda pecah belah.

Jarak dari Jalan Nasional Lintas Tapaktuan-Subulussalam sekitar 16 kilometer atau 25 menit perjalanan dengan kenderaan roda dua. Memasuki kawasan ini, di sana-sini terlihat persawahan, perkebunan sawit dan lahan tidur. Bertani dan berkebun jadi lapangan kerja utama di kawasan ini, sudah sejak dulu kala.
Selengkapnya, tonton video | Sumber: Youtube

Sampai di Pusat Kecamatan Trumon, kesan klasik seketika saja menjelma. Suasana tenang begitu terasa. Beberapa bangunan dan fasilitas kecamatan banyak memiliki meriam yang dipajang di halamannnya. Tim juga sempat menyinggahi Dermaga, kemungkinan di sinilah dulunya pelabuhan tua Trumon pernah ada. Beberapa saat di sana, kami mengunjungi bangunan monumental sisa-sisa masa kejayaan, yaitu Komplek Benteng Kuta Batee.

Komplek Benteng Kuta Batee kabarnya mulai didirikan tahun 1770 dan selesai 1802. Pusat pertahanan kerajaan ini memiliki beberapa banguan lain, seperti balai sidang, rumah sula (penjara) dan sumur tua. Dengan tinggi mencapai empat meter dan luas sekitar 60 X 60 meter, benteng ini merupakan salah satu benteng terbesar di Pesisir Barat-Selatan Aceh.

Kini semua telah hilang. Perlahan, sisa-sisa kejayaan itu pun mulai usang. "Tiada ada yang Kutinggalkan padamu negeriku selain peri-golomon* hidupku". - Raja Trumon. Kalimat itu tergores pada satu prasasti di halaman rumah tua Raja Trumon. Ungkapan hati raja terakhir yang mencintai negeri yang sudah susah payah dibangun oleh leluhurnya terdahulu. Belanda telah memaksanya untuk tunduk, jika tidak ingin dihancurkan.[]

*Penulis masih belum tau arti kata tersebut

Comments

Popular posts from this blog

Terkenang Beutong Ateuh Banggalang

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek